Ambiversion : The Lost Personality Type
"There is no such thing as a pure introvert or extrovert. Such a person would be in the lunatic asylum~ Carl G Jung
Dear Miawers,
Pada post hari ini saya
akan membahas tentang Ambiversion atau yang bisa dikenal juga Ambivert. Latar belakang saya ingin sedikit menjelaskan mengenai Ambiversion ini adalah karena saya merupakan tipe Ambivert. Ya, saya Andi Meiria Kurnia Utami adalah seorang Ambivert. Selama ini, kita hanya mengenal dua jenis karakter, ekstrovert dan introvert. Namun, ada satu tipe karakter yang luput dari perhatian, yakni ambivert.
Selama ini, kita hanya mengenal dua jenis kepribadian: ekstrovert dan introvert. Namun, ada satu tipe kepribadian yang luput dari perhatian: ambivert. Dalam studi yang dipimpin oleh Dr Grant, salah seorang psikolog di University of Pennsylvania, dijelaskan bahwa setengah dari total populasi dunia memiliki kepribadian ambivert. Dikutip dari Wall Street Journal, Dr Grant menjelaskan bahwa hanya sepertiga dari penduduk dunia yang memiliki pribadi ekstrovert dan introvert yang dominan.
Sebelumnya, para ahli percaya bahwa jenis kepribadian ekstrovert dan introvert akan tetap stabil sepanjang hidup manusia. Mereka yang digolongkan ekstrovert merupakan orang-orang yang gemar berinteraksi. Semangat mereka berasal dari faktor luar, mereka senang menjadi pusat perhatian, melakukan brainstorming dengan orang lain. Satu hal yang pasti, mereka sangat tidak suka dengan kesendirian. Di sisi lain, seorang yang introvert mendapatkan semangatnya dari faktor internal. Mereka cenderung memilih berkumpul dengan sedikit mungkin orang, berinteraksi hanya dengan sedikit teman yang mereka percayai, dan merasa sangat tidak nyaman berada di tengah keramaian, apalagi menjadi pusat perhatian.
Seseorang yang ambivert memiliki ciri yang ada pada kedua golongan tersebut. Namun demikian, tak ada ciri yang dominan yang dimiliki oleh seorang ambivert. Dalam laporan studi mengenai ambivert yang dimuat di jurnal Psychological Science di tahun 2013, dijelaskan bahwa orang ambivert sangat mudah beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang bisa menjadikannya seorang ekstrovert, ataupun introvert. (dikutip dari National Geographic Indonesia)
Dalam studi yang dipimpin oleh Dr Grant, salah seorang psikolog di University of Pennsylvania, dijelaskan bahwa setengah dari total populasi dunia memiliki kepribadian ambivert. Dikutip dari Wall Street Journal, Dr Grant menjelaskan bahwa hanya sepertiga dari penduduk dunia yang memiliki pribadi ekstrovert dan introvert yang dominan.
Dari studi tersebut pula, dijelaskan bahwa seorang yang ambivert di suatu waktu akan sangat senang bersosialisasi, sedangkan di waktu lain, juga merasa nyaman hidup menyendiri. Ternyata dalam dunia pekerjaan, tipe ambivert memiliki hubungan positif dengan harapan pekerjaan. Tipe ambiver akan lebih fleksibel, tercontrol, persuasif, dan bahkan peka dalam menangkap keinginan konsumen.
Menurut Hans Eysencek, psikolog yang menciptakan istilah ambivert, alasan utama yang membuat tipe ambivert sukses adalah keseimbangan. Jika ekstrovert mudah terpengaruh dan introvert bersikap hipersensitif, maka ambivert mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Salah satu kelebihan ambivert adalah sikapnya yang tidak mudah dipengaruhi faktor luar. Tipe ambivert lebih cenderung dipengaruhi oleh pandangannya sendiri. Ini merupakan kesimpulan yang selalu didapatkan dalam saat anda mengikuti tes kepribadian yang dibuat oleh Daniel H. Pink.
Tipe ambivert memiliki kelebihan yang membuatnya mudah mencapai kesuksesan. Pertama, fleksibel. Tipe ambivert tak memercayai satu cara atau satu jalan. Tipe ini percaya banyak jalan menuju Roma. Tipe ini juga tetap merasa nyaman meski bekerja berada di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Emosi yang stabil merupakan karakter kedua ambivert. Selain itu, tipe ambivert juga lebih dominan, hal ini dibuktikan dari tes ilmiah, mereka yang ambivert meraih keuntungan perjam yang lebih besar sebanyak US$ 155 dolar alias 24% lebih tinggi dari mereka yang ekstrovert.
Ambivert juga dinilai lebih intuitif. Jurnalis Daniel K. Pink sempat menulis, “ambivert tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam. Mereka juga tahu kapan harus merespon, kapan harus memaksa dan kapan harus menahan diri
Pada awalnya saya
bingung kenapa saya terkadang merasa seperti memiliki dua kepribadian, disatu
sisi saya senang berada dikhalayak ramai, namun terkadang saya nyaman bila
sendiri. Beberapa situasi yang saya renungkan ternyata membawa saya kepada
kesimpulan memang benar adanya saya adalah seorang ambivert.
Berikut beberapa kondisi yang sempat membuat saya bingung ada apa dengan diri saya sendiri.
1. Saya merasa nyaman berada di tengah keramaian, namun ternyata saya tidak terlalu banyak berinteraksi
2. Saya bisa mentolerir percakapan ringan, tetapi juga bisa sangat terlibat dalam pembicaraan intim
3. Fleksibel, saya bisa saja mengubah kepribadian sesuai dengan lingkungan ataupun saat berada di sekitar teman teman saya
4. Bertemu dengan orang baru itu biasa, bertemu dengan tempat baru juga biasa. Akan tetapi saat bertemu dengan orang baru ditempat baru dapat membuatku kewalahan dan juga bahagia.
5. Terkadang saya bingung akan menghabiskan waktu bersama teman teman atau malah sendiri.
6. Tidak jarang saya bisa memahami teman - teman yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert
7. Tidak sedikit pula teman teman yang bilang saya orangnya periang tetapi juga pendiam
Well, ya apa pun dirimu...
Siapa pun dirimu...
Cintailah dirimu dan hargai orang - orang yang berada disekilingmu...
Karena yang penting adalah tetap menjadi dirimu sendiri. Berusaha tetap nyaman dengan dirimu dan juga membuat orang lain juga tetap nyaman ada di dekatmu.
BY
ANDI MEIRIA KURNIA UTAMI
0 komentar