Diberdayakan oleh Blogger.

PULAU

by - Desember 15, 2012



Pagi ini, aku berjalan menyusuri pantai. Pantai yang sepi, sunyi, indah, dan nyaman. Pantai yang selalu membuatku enggan untuk keluar. Pantai yang segala sesuatu mudah didapatkan.
Aku berjalan menuju entah kemana seraya menoleh ke arah laut. Laut itu luas ya. Luas tak terbatas,tak terhitung. Aku berjalan, berjalan dan berjalan. Sampai ketika…
Mataku menuju kepada sebuah pulau. Pulau dengan segala keindahan yang sekejap menggetarkan hatiku. Membuatku ingin kesana, entah mengapa. Aku akhirnya duduk memandangi pulau itu. Sambil berkhayal saat aku ada di pulau itu aku pasti bahagia. Kedua orangtuaku juga pasti bahagia.
“Pulau itu namanya Pulau Mimpi. Kau ingin kesana?” tanya seorang kakak perempuan disampingku.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Pulau itu memang terlihat sangat indah dari sini. Tapi perjalanan kesana tak akan seindah pulau yang kau lihat sekarang. Bahaya menunggumu dibalik kabut.” Jelasnya.
“Bersungguh-sungguhlah untuk sampai ke Pulau Mimpi, maka kau akan sampai. Jika tidak, kau akan gagal.” Ujarnya. “Melangkahlah dengan PASTI atau mundur dan MATI.” Tambahnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba kakak itu pergi. Pembicaraannya cukup membuatku menelan  ludah.
Berhari-hari aku memikirkan perkataan kakak itu. Aku ingin kesana, tapi aku juga takut akan bahaya yang menungguku dibalik kabut.
Sampai suatu hari aku memantapkan hatiku untuk mencoba pergi kesana.
Saat ini, aku berdiri di pesisir pantai. Sedang berfikir bagaimana caranya aku akan pergi kesana.
Aku berfikir untuk berjalan kaki, tapi semakin aku berjalan ke laut, air semakin dalam sementara aku tak memakai pelampung dan juga tak bisa berenang. Lalu,bagaimana ?
Aku menyerah. Aku menjauh dari pesisir dan duduk dibawah pohon kelapa. Tapi tiba-tiba aku terkejut. Aku melihat puluhan,ah tidak, ratusan, ah tidak juga, mungkin ribuan orang berbondong-bondong membawa gergaji, kayu,paku dan lain-lain. “apa yang sedang mereka lakukan? Mau apa mereka?” tanyaku pada diri sendiri.
Lalu aku hampiri seseorang dan aku bertanya sedang apa. Ia menjawab.
“Aku sedang membuat perahu untuk menyebrangi lautan ini dan sampai di Pulau Mimpi.”
Lain orang kutanya, jawabannya tetap sama.
“Untuk menyebrang dan sampai di Pulau Mimpi. Ini kapalku!”
Membuat kapal? Bodoh sekali aku! Kenapa aku dari dulu diam dan hanya berfikir tanpa menghasilkan sebuah solusi? Kemana saja aku?
Lalu, tanpa membuang waktu. Aku melipat kerah tanganku dan segera mengumpulkan kayu-kayu untuk kujadikan perahu. Perahu yang akan membawaku menuju Pulau Mimpi.
Aku merakit satu persatu kayu dan kayu dengan semangatku yang membara. Kufikir membuat perahu itu mudah, ternyata tidak. Baru beberapa tahap merakit, jari-jariku sudah berdarah-darah. Aku meringis kesakitan dan berhenti tak mau merakit lagi.
“Sakit sekali. Aku tak mampu lagi.” Rintihku.
Lalu, seseorang disampingku menegurku.
“Hanya karena beberapa luka saja kau menyerah? Apa jadinya di tengah-tengah perjalanan nanti? Kau tak tahu apa yang ada didepan kan?” ujarnya.
Aku tertegun. Benar sih, siapa tau di balik kabut itu banyak ikan hiu yang siap memakanku hidup-hidup. Hiii….
Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjuanganku merakit perahu. Tak ku pedulikan berapa butir keringat yang jatuh membasahi tubuhku. Tak ku pedulikan berapa banyak luka yang aku ukir di tubuh. Aku yakin perahuku akan selesai.
Perahu sederhanaku yang kunamakan “Dream comes True.”
Aku tersenyum puas melihat perahuku. Lalu, dengan mantap ku dorong perahuku menuju ke laut. Hap! :)
Perjalananku berjalan biasa-biasa saja sampai tiba-tiba aku sampai ke balik kabut. Ternyata, ombaknya besar. Besar sekali untuk ukuranku yang harus mendayung dengan sekuat tenaga sendirian. Belum lagi badai dan petir yang membuat perahuku oleng kekanan kekiri.
Setelah melewati badai dan petir, kukira sudah selesai. Ternyata tidak. Lalu aku dihadapkan dengan beribu-ribu batuan karang yang sedikit saja menyenggol kapalku, maka kapalku akan rusak dan air akan masuk kedalamnya. Aku mendayung sangat hati-hati. Aku belokkan kapalku di himpitan karang demi karang. Tapi ternyata, kapalku akhirnya tersenggol oleh batu karang. Aku kesal! Bagaimana tidak, karang yang merusak kapalku ini karang kecil! Karang kecil yang tajam sih sebenarnya.
Kenapa aku bisa lengah terhadap karang sekecil ini? Aku ceroboh sekali. Gerutuku.
Air semakin memenuhi kapalku. Semakin banyak dan banyak.
Lalu aku dengan sigap mengeluarkan air demi air dengan tangan kosong. Lalu aku juga menambal kembali perahuku. Akhirnya, perahuku sudah tidak penuh air lagi. Akupun melanjutkan perjalananku.
Kudayung perahuku dengan sepenuh hati. Sampai aku sedikit menelan ludah. ternyata…. banyak orang yang ingin pergi ke Pulau Mimpi. Mereka pergi dengan kapal yang lebih bagus, lebih kuat, dan lebih lebih lainnya. Kapal mereka bisa berjalan tanpa dikemudikan, sementara aku… tangan kecilku ini harus mendayung sekuat tenaga walau hanya untuk maju sedikit saja.
Kulihat orang-orang didalam kapal-kapal bagus itu sedang menikmati angin semilir sambil tidur-tiduran di atas kapal mereka. Ah, betapa indahnya…
Segera kubuyarkan lamunanku. Ah, aku tak boleh melihat mereka. Aku akan sampai ke Pulau Mimpi itu dengan usahaku sendiri. Dengan tanganku sendiri. Dengan kapal sederhana ini, aku yakin, aku yang akan lebih dulu sampai kesana.
Dengan tekad kuat, akupun mendayung kembali kapalku. Tak kupedulikan tanganku yang melepuh karena mendayung terlalu lama.
Sampai ditengah perjalanan, aku dihadapkan pada 3 pilihan. 3 jalur. Lurus, belok kanan, atau belok kiri. Ada papan disetiap jalur itu. Kalau kau belok kanan, kau akan melalui lautan yang airnya tenang. Namun, kau akan menempuh berhari-hari atau bahkan bertahun-tahun untuk sampai di Pulau Mimpi. Lalu, kalau kau belok kiri, kau menaiki perahu yang lebih bagus untuk sampai kesana. Tapi, kau tidak akan bisa sampai ke Pulau Mimpi karena di jalur sebelah kiri, banyak pulau-pulau yang indah untuk disinggahi. Kau bisa saja tergoda untuk mampir lama dan akhirnya lupa dengan Pulau Mimpi yang menjadi singgahan impianmu.
Pilihan terakhir ada pada Lurus. Disini bukan hanya papan petunjuk, tapi papan peringatan. Kalau kau jalan lurus, akan banyak halangan yang kau akan hadapi. Akan banyak bajak laut yang menunggumu disana, belum lagi ombak dan badai. Ombak dan badainya akan lebih dasyhat dari sebelumnya yang tadi kau alami. Karangnya tidak besar, tapi kecil dan tajam. Sekali kau terkena karang itu, kapalmu akan hancur total dan kau tak akan bisa melanjutkan lagi perjalananmu.
Aku menelan ludah membacanya. Aku sudah pernah menemui halangan-halangan itu dan hampir saja aku kehilangan kapalku karena aku tidak cermat melihat ada karang didepanku. Bagaimana ini.. ku lanjutkan atau tidak.. lalu tiba-tiba, perkataan kakak perempuan waktu itu bergema di kepalaku.
“Melangkahlah dengan PASTI atau Mundur dan MATI.”
Dengan kesungguhan dalam hatiku, aku pun pergi mengikuti lajur Lurus. Tak kuhiraukan teman-temanku yang lain belok ke kanan dan ke kiri. Aku yakin pada pendirianku. “Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Kata pepatah juga begitu kan.. Jadi, akan kuhadapi apapun yang ada didepan nanti.
Aku mendayung dan mendayung tanpa menoleh ke kanan dan kekiri. Pandanganku hanya tertuju pada Pulau Mimpi. Aku mendayung lebih hati-hati karena aku tak ingin kapalku rusak seperti sebelumnya. Aku tak ingin pulang sebelum sampai ke Pulau Mimpi.
Dengan penuh perjuangan, ku lewati halangan demi halangan, aku pun akhirnya menatap pulau indah dihadapanku. Beberapa dayung lagi dan aku sampai. Aku dayung dengan penuh semangat. Akhirnya, saat ini, aku menginjakkan kaki di Pulau Mimpi. Pasirnya putih, lautnya biru indah sekali. Banyak kerang-kerang yang indah. Ombaknya tenang. Ah pokoknya indah sekali. Semua yang indah sekali ada di Pulau Mimpi itu.
Voila.
Itulah sedikit karangan yang agak sedikit ngaco yang kukarang dalam sekejap saja.
Coba kamu bayangkan kamu menjadi tokoh “Aku” didalam cerita itu dan “Pulau Mimpi” itu adalah mimpimu, PTN tujuanmu. Indah sekali bukan jika kau membayangkan kau akan berada disana? Membayangkan kau kuliah di PTN Tujuanmu. Membayangkan kau menggunakan almamater PTN itu.
Tapi, kau tak akan bisa meraih apa yang kau inginkan hanya dengan BERDIAM DIRI.
Kau harus melakukan sesuatu untuk dapat sampai pada Mimpimu. Pada apa yang kau ingin dan impikan. Kau harus keluar dari zona nyamanmu agar kau bisa segera melakukan sesuatu yang lebih.
Si “Aku” dalam cerita ini langsung membangun perahu. Ibaratkan kau sedang belajar mati-matian untuk ujian sekolah-mu.
Kaupun melaju ke laut dengan perahumu. Kau melewati berbagai macam cobaan saat berusaha mengarungi lautan yang dipenuhi kabut itu. Ibaratkan pada saat kau mengerjakan Ujian Sekolah-mu. Kau belajar dengan sungguh-sungguh dan memahami materi dengan baik. Kau kerjakan ujian-mu dengan baik. Tapi….. Perahumu bocor karena kau tidak berhati-hati saat mendayung perahumu.  Itu adalah disaat Nilai Ujian sekolah-mu mendadak jelek karena kau tidak TELITI mengerjakan beberapa soal. Kau sebenarnya bisa, tapi kau malas untuk menerapkan sikap TELITI dalam dirimu saat mengerjakan soal-soal itu.
Baru saja UAS/UTS yang kau hadapi dan kau jatuh pada nilai jelek, kau langsung menyerah? Kau menyerah dan tak ingin belajar lagi. Yakin? Yakin kau bisa masuk PTN dengan sikapmu seperti ini? Sikap yang mudah menyerah itu bukan sikap seorang PEMENANG.
“Aku” pun akhirnya membuang air-air yang ada didalam kapalnya dan mulai menambal lubang-lubang di kapalnya. Membuang air-air itu berarti membuang semua sikap jelek yang ada pada dirimu dan sikap itu yang jika dibiarkan akan menjadi penghalang besar dalam perjalananmu. Air-air itu ada didalam diri kamu. Sikap-sikap kekanak-kanakan kamu. Sikapmu yang masih suka malas-malasan,padahal… apa kau yakin dengan sikapmu yang malas-malasan, kau akan bisa menguasai materi-materi yang banyak sekali hanya dalam sekejap kedipan mata?
Albert Einstein aja harus bertahun-tahun belajar mati-matian untuk bisa diakui dunia sebagai orang genius. Lalu, kamu?
Sikapmu yang suka galau-galau ga jelas. Mikirin orang yang jelas-jelas ga mikirin kamu. Emang nanti pas Ujian bakalan ada soal “Bagaimana caranya bikin dia sadar kalo aku sayang sama dia..” atau sebagainya? Yakin ada? Terus kalo kamu bilang ga akan ada soal kaya gitu, kenapa masih aja hobi galau? Ayolah, waktu kalian akan terbuang percuma hanya dengan memikirkan si doi yang ga jelas. Lah, kata kalian aja dia ga jelas, kenapa masih dipikirin? Coba pemikiran sia-sia itu kalian pakai dengan memikirkan strategi yang jitu untuk masuk PTN. Memikirkan bagaimana membagi waktu untuk belajar dan sebagainya? Itu lebih bermanfaat kok :)
Agak menyimpang memang, tapi soal “percintaan” sering jadi penghambat kau dalam belajar kan?
Gini deh, kamu pikirkan dulu bagaimana caramu untuk lebih sukses dari si Doi. Nanti, kalau kau sudah sukses dalam arti kau bisa masuk PTN, doi juga bakal noleh ke kamu kok. Kalau kamu memperlihatkan kesungguhan kamu dalam belajar dan kamu tonjolkan kalau kamu BISA, doi juga lama kelamaan bakal noleh kok. Kalau jodoh kan ga kemana. Jodoh kan ada ditangan Tuhan. Nah, masuk PTN ini ada di tangan KAMU. Masalahnya itu. Tangan KAMU-nya kemana? Diem aja? Lebih suka ngetik tweet galau daripada digunain buat ngerjain soal-soal? Yakin nih kebiasaannya mau di pelihara? Yakin?
Hehe, back to topic.
Kapal-kapal yang lebih indah itu. Teman-teman kamu yang punya segala fasilitas lebih dari kamu. Sekolah yang Grade-nya lebih bagus, Fasilitasnya lebih bagus dan sebagainya. Loh, kenapa harus ciut? Kamu sama teman-teman kamu apa bedanya? Sama-sama makan nasi kan? Dia ga makan kertas kan? Lalu kenapa kalau kalian sama-sama makan nasi, lalu kalian harus ciut melihat mereka?
Kalau kalian merasa memiliki kekurangan, BERUSAHA-lah lebih KERAS dari mereka. Itu saja kuncinya. Mereka belum tentu lebih sukses dari kalian kok. Kalau kalian mau berusaha lebih dari mereka, kalian bisa lebih SUKSES dari mereka. Tapi kalau kalian lengah, ya… kalian tau sendiri lah jawabannya :)
Kau sendiri yang menentukan Mimpi-mu, kau sendiri yang akan melangkah menuju Mimpi-mu. Kenapa kau harus menoleh dan melihat pada mereka? Kenapa kau harus ikut-ikut mereka?
Ikut-ikut dengan teman-temanmu. Bermain-main. Menikmati masa muda,katanya.
Yakin mau begitu? Ayolah, waktu kalian hanya berapa bulan lagi dan kalian mau menghabiskannya hanya dengan bermain-main dengan teman-teman yang selalu berbicara “Ngapain sih rajin-rajin belajar. Main aja yuk.”
Nah, kalau ada teman kalian yang seperti itu.. kalian pasti “iya”-in dan akhirnya kalian ikut main sama mereka sementara tugas itu kalian telantarkan dan kalian tunda untuk dikerjakan. Lalu setelah main, kalian cape dan kalian memutuskan untuk beristirahat dan… akhirnya tugas kalian tak disentuh sama sekali.
Kalau aku jadi kalian, aku akan tetap pada pendirianku untuk tetap belajar. Waktu untuk main tersedia saat nanti aku selesai menuntaskan kewajiban-kewajibanku. Aku tak akan peduli pada orang-orang yang nge-cap aku sok rajinlah, sok usahalah dan sok-sok semacamnya.
Halo… ini hidup kalian kan? Bukan hidup mereka kan?
Kalau kalian gagal karena mengikuti keinginan mereka yang inginnya main terus, emang mereka mau tanggung jawab? Emangnya mereka mau tanggung jawab kalau kalian gagal masuk PTN? Tidak, mereka bahkan tak akan peduli pada kalian. Mereka hanya bisa bilang “Sabar,ya” sementara kalian, pada saat gagal, menyesali kenapa kalian lebih senang bermain daripada belajar.
Ingat, teman yang baik tak akan menjerumuskan temannya sendiri pada hal-hal jelek.
Ini jalan kalian, hidup kalian.
“Apa yang kalian dapat saat ini adalah hasil dari apa yang kalian lakukan dimasa lalu”
Iya ga? Nilai jelek kalian karena apa? Karena kalian lebih suka bermalas-malasan/main/nonton tv ketimbang belajar? Ya… renungkan saja.
Jangan pedulikan mereka yang tidak mendukung Mimpi-mu atau bahkan mereka merendahkan Mimpi-mu. Jadikan mereka motivasi terbaikmu. Tekankan pada dirimu bahwa kau akan bisa lebih dari mereka. Kau tunjukkan bahwa kau bisa mewujudkan mimpimu pada mereka.
Setelah berhasil membetulkan kapalku, aku mendayung kapalku terus menerus. Sampai akhirnya aku dihadapkan pada beberapa jalur.
Jalur belok kanan, lautnya indah tapi akan memakan waktu bertahun-tahun untuk sampai disana. Ibaratkan sebagai kamu yang meremehkan materi-materi yang banyak untuk ujian sebenarnya nanti. Kau yang lebihh memilih untuk bermalas-malasan. Kenapa aku bilang bertahun-tahun? Karena saat kau menunda dan bermalas-malasan, waktu yang kau rasakan sangatlah lama. Dan jika kau bermalas-malasan dan menikmati zona nyamanmu. Dan jika kau tidak berhasil meraih Mimpi-mu, kau harus mengulang tahun depan dan ….. jangan sampai,ya. :)
Jalur belok kiri.. sebenarnya, kau sudah menyerah sebelum berperang. Kau singgah pada pulau lain. Kau tidak akan mencoba untuk masuk PTN dan kau lebih memilih untuk masuk lebih dulu ke PTS. Kau kalah sebelum berperang. Mau jadi apa mental-mu kalau seperti itu? Belum mencoba kok sudah bilang “Aku menyerah”. Kalau nanti, di dunia perkuliahan nanti ada mata kuliah yang susah dan membutuhkan perjuangan kalian untuk bisa lolos di IPK-nya yang tinggi.. kalian juga akan menyerah? Gitu? Kalau nanti di dunia kerja, kalian menghadapi tantangan yang sulit, kalian akan keluar dari tempat kerja kalian? Gitu?
Jangan jadi mental tahu. Di pencet sedikit, hancur. Pengecut. Baru ditantang sedikit sudah mundur.
“Aku” pun memilih jalur lurus. Karena itu yang aku Mimpi-kan. Akan ku tempuh apapun resiko yang akan aku hadapi nanti. Apapun yang terjadi nanti, aku akan terus mendayung. Apapun.
Seperti kenyataan bahwa Kemendikbud dengan segala kebijaksanaannya menghapus sistem SNMPTN Tulis dan menggantinya dengan SMBPTN.
Patah hati memang mendengarnya. Akupun seperti itu. Betapa tidak adil hidup ini.
Tapi ingat HUKUM ALAM/ HUKUM RIMBA. Siapa yang KUAT, ia akan MENANG.
Kuat dalam arti, kau SUNGGUH-SUNGGUH dalam berusaha. Kau Yakin pada MIMPI-mu.
Yang menentukan MIMPI-mu berhasil atau tidak itu, KAMU. Iya kan? Bukan bapak/ibu dari kemendikbud. Mereka hanya menentukan kau masuk atau tidak di PTN yang kau inginkan. Sementara, hasil dari SOAL yang kamu kerjakan itu.. Tergantung KAMU,kan?
KAMU. Kamu yang akan menentukan dimana kamu akan berpijak nanti. Kamu yang nanti ditentukan oleh kamu yang sekarang.
Kalau MENTAL-mu adalah MENTAL seorang PEMENANG. Kamu tak akan menyerah begitu saja. Kamu tak akan me-redup-kan semangatmu hanya karena SNMPTN Tulis dihapus. Kamu tak akan menyerah begitu saja,tidak akan.
Kalau KAMU sudah YAKIN dan FOKUS terhadap apa yang kamu pikirkan, kamu tak akan putus asa. Semangatmu seharusnya lebih BERKOBAR dari biasanya. Kau akan mempersiapkan materi-mu lebih dini, lebih banyak dari biasanya. Kau tak akan peduli jalur apa yang akan kau pilih nanti. Yang penting saat ini adalah belajar dan kuasai materi.
Kalau kamu tahu, USM atau Seleksi Bersama Mandiri itu MAHAL. Kenapa kau tidak mengumpulkan ILMU-mu? Kau kalahkan mereka yang punya uang banyak dengan “Otak”mu. USM itu, tidak selamanya harus memakai uang. Kau, perbesar nilai-mu pada ujian nanti. Maka kau akan lolos. Kau tentu tidak ingin membuat ayah ibumu susah payah untuk mengumpulkan uang yang banyak untuk USM/SMBPTN kan? Kau sajalah yang harus bersusah payah sekarang.
Kau sajalah yang harus berdarah-darah dalam belajar. Kau kuasai materi sebanyak-banyaknya, latihan soal sesering mungkin. Kau perbanyak soal yang memiliki Point Betul pada USM/SMBPTN nanti. Maka, kau dengan tidak langsung sudah meringankan beban orang tuamu.
Agnes Monica. Artis serba bisa. Apa dia memperoleh “Artis serba bisa” hanya dengan berdiam diri dan bermalas-malasan? Tidak kan? Dia mencoba terus dan terus. Berlatih bernyanyi terus dan terus tanpa mengenal waktu. Padahal, suaranya sudah alami mempesona. Tapi dia selalu merasa kurang dan kurang. Dia berlatih dan berlatih. Dia mencoba segala bakat, segala peluang yang ada didepannya. Tak peduli apa orang bicarakan.
Agnes pernah di cap sebagai Artis yang Rakus, karena semua bidang entertainment dia lakukan dan selalu mendapatkan posisi terbaik di setiap hati masyarakat yang menontonnya. Ia maju terus dan fokus pada MIMPInya. Pada saat penyanyi lainnya menikmati hasil kerja kerasnya di dalam negeri, Agnes tidak ingin terlena dengan apa yang sudah ia dapatkan. Ia mengembangkan sayapnya ke luar negeri. Tak malu untuk belajar dan belajar lagi dalam bernyanyi. Lalu apa yang dia dapatkan sekarang? Pujian dari beribu-ribu, berpuluh ribu orang. Bahkan di Luar Negeri sana, siapa yang tak kenal Agnes? Ia sukses di usia muda. Ia tak peduli halangan dan rintangan. Ia mampu berdiri dan meraih MIMPI-nya.
Anggun C. Sasmi. Penyanyi terkenal di Eropa sana. Di Perancis, siapa yang tak kenal Anggun?
Kau kira, Anggun sukses seperti itu dengan instan? Tidak, sejak kecil, ia dilatih ayahnya untuk bernyanyi dengan teknik vokal yang bagus. Ia di ajarkan oleh ayahnya dengan keras. Dengan disiplin. Anggun berkali-kali jatuh, berdarah-darah yang harus ia tempuh dalam perjalanannya. Namun ia jalani dengan Sungguh-sungguh karena Ia FOKUS pada MIMPI-nya. Lalu apa yang terjadi pada Anggun? Ia sukses dikenal bukan hanya di Indonesia dan di Eropa, Anggun di akui hampir di seluruh dunia.
Jadi, tidak ada salahnya untuk tetap bermimpi dan berjalan lurus saat ini. Tuhan ada disamping kamu, Tuhan tidak pernah tidur. Perubahan sistem SNMPTN ini hanyalah angin yang berusaha untuk merobohkan pohon yang sedang bertumbuh menjadi tinggi.
Aku tekankan pada kalian untuk #Berubah sejak dini. Jadi apapun yang kalian hadapi nanti, kalian SIAP. Mau UN 20 paket, 50 paket, mau UN diacaklah, diapain ajalah. Kalau kalian sudah siap, kalian SIAP. Maju terus pantang mundur.
Maka dari itu, berusahalah dengan sungguh-sungguh jika kalian sungguh-sungguh menginginkan MIMPI kalian menjadi MILIK KALIAN.
“Melangkahlah dengan pasti atau Mundur dan MATI.”
Bacaan ringan saja kok hihi
Mari, aku rangkul kalian dengan erat. Aku pegang kalian supaya tidak goyah. Aku bantu kalian untuk #Berubah sedikit demi sedikit. Aku bantu kalian mendayung perahu kalian.
Yuk, kalau ada yang ingin ditanyakan, silahkan mention @rizkydea :)

You May Also Like

0 komentar